Pages

06 September 2017

Sejarah 1 Muharam

Tinggal 14 hari lagi menjelang tahun baru islam, bagaimana pengertian Muharam sendiri?
Nah pada kesempatan kali ini kampung cisitu blog mau berbagi dengan pengunjung semua seputar 1 Muharam.
Muharam adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Muharram berasal dari kata yang artinya ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, yaitu dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Tanggal 1 Muharram adalah hari Tahun Baru dalam agama Islam.
1 Muharram 1439 H atau Tahun baru Islam 2017 diperingati dengan berbagai kegiatan ibadah seperti berpuasa Asyura, melakukan pengajian dan berdo’a agar diberikan anugrah hidup dan penghidupan yang lebih baik dunia dan akhirat, dan tak jarang dikomunitas seperti pesantren-pesantren melakukan kegiatan pawai menyambut tahun baru islam dengan membawa obor dan rebana sebagai upaya memperingati 1 Muharram 2017. Ibadah puasa sunnah memasuki bulan muharram selaras dengan anjuran dan hadis nabi, Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang dianjurkan untuk berpuasa sunnah oleh Rasulullah SAW kepada umat islam berdasarkan sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurariroh, berkata, ”Rasulullah saw bersabda, ’Puasa yang paling afdhol setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah al Muharram dan shalat yang paling afdhol setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” Imam Nawawi mengatakan bahwa bulan ini (Muharram) adalah bulan yang paling utama untuk berpuasa.
Pendapat ulama mengatakan bahwa yang paling utama untuk melakukan ibadah berpuasa dibulan Muharram ini adalah pada 10 hari pertama, sebagaimana dikatakan oleh al Mardawi didalam kitab “al Inshaf” yang paling pokok dari bulan Muharram adalah hari kesepuluh atau puasa Asyu’ra kemudian pada hari kesembilan atau tasuua’a lalu sepuluh hari pertama.

Sejarah Tahun Baru Muharam
Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, kaum muslimin belum mengenal pergantian tahun hijriyah. Sehingga ketika itu, tidak ada istilah tahun baru hijriyah. Mereka menggunakan kalender qamariyah sebagai acuan kegiatan dan pencatatan sejarah. Mengikuti kalender yang sudah digunakan oleh masyarakat arab sejak sebelum islam. Hanya saja, di zaman mereka belum ada angka tahun dan acuan tahun.
Hingga akhirnya di zaman Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, tepatnya di tahun ketiga beliau menjabat sebagai khalifah, beliau mendapat sepucuk surat dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, yang saat itu menjabat sebagai gubernur untuk daerah Bashrah. Dalam surat itu, Abu Musa mengatakan: إنه يأتينا من أمير المؤمنين كتب، فلا ندري على أيٍّ نعمل، وقد. ا كتابًا محله شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي “Telah datang kepada kami beberapa surat dari amirul mukminin, sementara kami tidak tahu kapan kami harus menindaklanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.” Kemudian Umar mengumpulkan para sahabat di Madinah, dan beliau meminta, ضعوا للناس شيئاً يعرفونه “Tetapkan tahun untuk masyarakat, yang bisa mereka jadikan acuan.” Ada yang usul, kita gunakan acuan tahun bangsa Romawi. Namun usulan ini dibantah, karena tahun Romawi sudah terlalu tua. Perhitungan tahun Romawi sudah dibuat sejak zaman Dzul Qornai.
(Mahdhu ash-Shawab, 1/316, dinukil dari Fashlul Khithab fi Sirati Ibnul Khatthab, Dr. Ali Muhammad ash-Shalabi, 1/150)
Kemudian disebutkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, dari Said bin al-Musayib, beliau menceritakan: Umar bin Khattab mengumpulkan kaum muhajirin dan anshar radhiyallahu ‘anhum, beliau bertanya: “Mulai kapan kita menulis tahun.” Kemudian Ali bin Abi Thalib mengusulkan: “Kita tetapkan sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, meninggalkan negeri syirik.” Maksud Ali adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Kemudian Umar menetapkan tahun peristiwa terjadinya Hijrah itu sebagai tahun pertama Hijriyah. (al-Mustadrak 4287 dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi). Dengan memahami latar belakang di atas, ada kesimpulan yang bisa kita berikan garis tebal, Bahwa di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr tidak dikenal tahun baru hijriyah. Alasan Umar menetapkan acuan tahun hijriyah adalah untuk menandai setiap peristiwa dan menertibkan kegiatan korespondensi dengan wilayah lain. Atau dengan bahasa sederhana, latar belakang penetapan tahun hijriyah di zaman Umar, lebih terkait pada kepentingan administrasi dan tidak ada hubungannya dengan ibadah. Segala bentuk ritual ibadah, baik shalat di malam pergantian tahun atau doa tahun baru, atau puuasa akhir tahun, dst, sama sekali tidak pernah dikenal di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat.
Ketika Umar menetapkan tanggal 1 Muharram sebagai hari pergantian tahun, beliau tidak memerintahkan masyarakat untuk memeriahkan hari itu sebagai hari istimewa. Karena itulah, para ulama sejak masa silam, mereka tidak pernah menganjurkan adanya ibadah khusus, apapun bentuknya, di tahun baru hijriyah. bahkan para ulama mengingkarinya.

لا يثبت في الشرع شيء من دعاء أو ذكر لآخر العام، وقد أحدث الناس فيه من الدعاء، ورتبوا ما لم يأذن به الشرع، فهو بدعة لا أصل لها. 
Tidak terdapat dalil dalam syariat yang menyebutkan tentang doa atau dzikir akhir tahun. Masyarakat membuat-buat kegiatan doa, mereka susun kalimat-kalimat doa, yang sama sekali tidak diizinkan dalam syariat. Doa semacam ini murni bukan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak ada dasarnya. (Tashih ad-Dua, hlm. 108).
Keterangan yang sama juga disampaikan Syaikh Khalid Abdul Mun’im Rifa’i,

ينبغي للمسلم اجتناب تخصيص نهاية العام أو بداية العام الجديد بشيء من العبادات؛ فكل خير في اتباع من سلف 
Selayaknya bagi setiap muslim untuk tidak mengkhususkan akhir tahun atau awal tahun baru dengan ibadah apapun. Karena kebaikan itu ada pada mengikuti ulama terdahulu.
Memahami keterangan di atas, satu prinsip yang layak kita pahami bersama, tidak ada doa tahun baru hijriyah. Sementara doa yang tersebar di masyarakat, yang bunyinya,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ….الخ.  
Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam…dst.
Doa ini shahih, diriwayatkan Ahmad, Turmudzi dan yang lainnya, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth. Hanya saja, doa ini bukan doa awal tahun, namun doa awal bulan. Dianjurkan untuk dibaca setiap awal  bulan qamariyah. Mengkhususkan doa ini hanya ketika tahun baru hijriyah, termasuk menyalahi fungsi dari doa tersebut.

Amalan di bulan Muharam
Doa Akhir tahun dibaca setelah asar pd hari Sabtu 1 oktober 2016. Doa dibaca 3 kali.
Doa Awal tahun dibaca setelah maghrib pada hari Sabtu 1 oktober 2016. Doa dibaca 3 kali
Untuk tahun ini tgl 1 Muharram 1439 H insyaallah jatuh pada hari Kamis 21 september 2017.
Puasa sunnah 10 hari pertama bulan Muharram mulai hari Kamis 21 september 2017 ( 1 muharram) sampai dg selasa 30 september 2017 (10 muharram).
Puasa hari Tasu’ah 9 Muharram jatuh pada Senin 29 September 2017.
Puasa hari Asyuro 10 Muharram jatuh pada Selasa 30 September 2017.
Disunnahkan berpuasa minimal 2 hari, yaitu hari Tasu’a & Asyuro.
Jika hari Tasu’a tidak bisa puasa, maka berpuasalah tgl 10 & 11 Muharram.
Dianjurkan memperbanyak puasa sunnah selama bulan Muharram. Karena “sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram” (HR Muslim).
Dianjurkan memperbanyak sedekah di bulan Muharram, terutama Hari Asyura.

Makna Tahun Baru Muharam
Menghindari kultus individu, maka penentuan tahun baru itu bukan didasarkan pada kelahiran, tetapi pada peristiwa, ini menunjukkan Islam sebagai agama yang progresif, bergerak maju, tidak stagnan, dia bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lain, sesuai kebutuhan zaman, kebutuhan tempat dan kebutuhan manusia pada saat itu.
Hijrah itu sendiri artinya berpindah, bisa jadi berpindah dari satu tempat ketempat lain, atau berpindah dari suatu peristiwa ke peristiwa lain, atau berpindah dari perilaku satu ke perilaku lain, menuju pada hal yang lebih baik dari sebelum perpindahan. Jadi, jika umat Islam stagnan pada satu kondisi, apakah perilaku, kondisi, dan wilayah dan tidak menunjukkan perubahan pada sesuatu yang lebih baik, maka sesungguhnya dia telah meninggalkan ruh, hijrah itu sendiri.
Muharram itu sendiri, artinya yang diharamkan atau sangat dihormati. Pada bulan haram itu, -umat Islam memiliki empat bulan Haram-, umat Islam diharamkan untuk berperang, pada bulan itu, genjatan senjata dilakukan, dengan kata lain semangat Muharram adalah semangat perdamaian. Sehingga mereka yang mengenal esensi tahun hijriah yang dimulai pada 1 Muharram, adalah mereka yang memiliki kesadaran akan perdamaian, sebagai kasih sayang pada seluruh umat manusia, menjadikan kehadirannya sebagai berkah bagi alam semesta.
Perubahan pada sesuatu yang menuju pada kebaikan, pada kemajuan dan kemanfaatan bagi seluruh manusia, pada seluruh alam semesta dengan semangat damai sejahtera penuh kasih sayang, sehingga tujuan Allah menurunkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin
Doa Rasulullah SAW di awal tahun seperti disebutkan Sayid Utsman bin Yahya dalam Maslakul Akhyar.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ 

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini.

Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Sumber utama islamislami.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentarnya sob