Assalamualaikum, Innalillahii Wainna Ilaihi Roojiun, telah berpulang kerahmatullah, Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, kembali salah satu warga kampung cisitu meninggal dunia. Bapak Ratman (Pak Ebot). Semoga almarhum diterima segala kebaikannya oleh Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. amiin ya allah ya robbal alaminn.
Sobat Cisitu, di tengah hiruk-pikuk kehidupan duniawi, ada satu kepastian yang tak bisa kita hindari : kematian. Ia bagaikan tamu yang pasti datang, namun waktunya sama sekali tak terduga. Sebagai muslim,
memandang kematian bukan dengan rasa takut yang menghantui, tetapi dengan kesadaran yang menenangkan dan memotivasi.
Islam mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir segalanya.
Ia hanyalah pintu peralihan dari kehidupan yang fana (dunia) menuju kehidupan yang kekal (akhirat).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ankabut ayat 57 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
Ayat ini dengan gamblang mengingatkan kita tentang dua hal : kepastian kematian setiap jiwa, dan tujuan akhir kita, yaitu kembali kepada Sang Pencipta.
Kematian : Titik Awal, Bukan Akhir Cerita
Bayangkan kita sedang melakukan perjalanan panjang. Dunia ini hanyalah terminal sementara, tempat kita menunggu dan mempersiapkan bekal. Kematian adalah saat kita naik ke kendaraan yang akan membawa kita ke tujuan sebenarnya. Bekal apa yang sudah kita siapkan?
Pemahaman ini menjadikan kematian sebagai pengingat (dzikrul maut) yang sangat powerful. Ia bukan untuk ditakuti, tetapi untuk disikapi dengan :
1. Menyadari Hakikat Dunia : Dunia dan segala isinya hanyalah sementara. Harta, jabatan, dan kesenangan duniawi tidak akan kita bawa mati. Yang akan menyertai kita hanyalah amal shaleh, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh.
2. Memacu Amal Shaleh : Kesadaran bahwa ajal bisa datang kapan saja membuat kita lebih termotivasi untuk berbuat baik, beribadah dengan khusyuk, dan menyebarkan manfaat selagi masih ada esempatan.
3. Menjadi Lebih Sabar : Ketika musibah kematian menghampiri orang yang kita cintai, keyakinan bahwa ini adalah takdir Allah dan suatu saat kita akan bertemu di akhirat (bagi yang beriman) menjadi obat penenang hati yang paling manjur.
Apa yang Terjadi Setelah Kematian?
Setelah nyawa berpisah dari jasad, manusia memasuki fase kehidupan alam barzakh (alam kubur). Di sana, ruh menunggu hingga hari Kiamat tiba. Dalam alam barzakh ini, manusia akan ditanya oleh dua malaikat (Munkar dan Nakir) tentang Tuhannya, agamanya, dan nabinya. Kehidupan di alam barzakh merupakan gambaran awal dari nasib seseorang di akhirat nanti apakah mendapat kenikmatan atau siksa.
Proses selanjutnya adalah menunggu datangnya Hari Kebangkitan (Yaumul Ba'ts), dimana semua manusia sejak zaman Nabi Adam hingga orang terakhir yang mati, akan dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia. Inilah hari perhitungan (Yaumul Hisab) dimana amal baik dan buruk akan ditimbang dengan seadil-adilnya.
Tugas Kita yang Masih Hidup : Mengiringi Kepergian dengan Doa
Saat seorang muslim meninggal, ada kewajiban bagi kita yang masih hidup untuk memuliakan jenazahnya. Mulai dari memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga menguburkannya. Namun, tugas tidak berhenti di liang lahat. Doa adalah hadiah terindah yang bisa kita terus kirimkan untuk mereka.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya amal perbuatan seorang hamba yang telah putus (dengan kematiannya) adalah kecuali tiga hal :
1. Sedekah jariyah,
2. Ilmu yang bermanfaat, dan
3. Anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, mendoakan orang tua, keluarga, dan saudara muslim yang telah mendahului kita adalah bentuk bakti dan kasih sayang yang tidak terputus.
Renungan untuk Kita yang Masih Diberi Nafas
Kematian adalah pengingat yang setia. Ia mengajak kita untuk :
- Bertaubat : Segera benahi diri dan mohon ampun atas segala dosa.
- Memperbaiki Hubungan : Segera lunasi utang, maafkan kesalahan orang, dan minta maaf pada yang kita sakiti.
- Meninggalkan Warisan yang Baik : Bukan hanya harta, tapi juga nama baik, ajaran agama, dan keteladanan.
Sobat Cisitu, marilah kita jalani hidup ini dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa setiap detik membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Dengan demikian, kematian tidak lagi menyeramkan, melainkan menjadi "kembalinya seorang hamba" kepada Tuhannya dengan hati yang tenang dan bekal yang cukup.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga kita semua diberi husnul khatimah (akhir hidup yang baik). Aamiin.

0 Comments:
Posting Komentar
Ditunggu komentarnya sob