Sumber berita dari indosiar menulis Karang Taruna organisasi sosial dibawah naungan Departemen Sosial sempat mengalami kevakuman saat Depsos dibekukan oleh Pemerintahan Gus Dur. Dengan dicanangkannya kembali, bulan bakti Karang Taruna beberapa waktu lalu di Palopo, Sulawesi Selatan menandai lagi aktifnya organisasi ini sebagai wadah anak muda tanah air untuk berkarya.
Bermain musik seperti yang dilakukan anak-anak muda adalah salah satu bentuk kegiatan di Karang Taruna. Sebuah organisasi sosial dibawah binaan Departemen Sosial. Karang yang berarti tempat dan Taruna bermakna Pemuda dibentuk untuk menampung kegiatan para remaja.
Selain kegiatan kesenian, dibeberapa daerah aktivitas sosial Karang Taruna nyaris tak terlihat. Nuansa gotong royong tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, seperti yang tengah berlangsung di Kelurahan Lagaligo, Kecamatan Buara, Kota Palopo.
Secara swadaya, mereka memperbaiki rumah penduduk korban kebakaran. Menengok ke belakang terbentuknya Karang Taruna ini berawal dari sekelompok pemuda asal Kampung Melayu, Jakarta yang berkumpul secara tak sengaja. Pertemuan yang bertujuan untuk membahas permasalahan di kalangan remaja itu terjadi tahun 1960 silam.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena kegiatan yang dilakukan Karang Taruna ini sejalan dengan jiwa anak muda, secara alami menarik perhatian kalangan muda. Dan hampir disetiap desa terdapat Karang Taruna.
Sebagai wujud pengakuan keberadaan organisasi ini, pemerintah mencatatkan Karang Taruna dalam GBHN tahun 84. Sejak itu, organisasi ini menjadi besar dan menyedot cukup banyak anggota.
Namun di masa pemerintahan Gus Dur, ketika Departemen Sosial dibubarkan, Karang Taruna selama beberapa pekan mengalami kevakuman kegiatan. Melalui kegiatan Bulan Bakti Karang Taruna yang dicanangkan belum lama ini di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, menandai bangkitnya kembali organisasi ini.
Berbagai ketrampilan diajarkan dalam Karang Taruna. Seperti kesibukan yang sehari-hari terlihat di salah satu Balai Latihan Kerja Karang Taruna di Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Sesuai tujuannya, Karang Taruna didirikan untuk memberikan pembinaan kepada remaja, terutama yang putus sekolah dan menganggur, berasal dari keluarga pra sejahtera. Tentu tak setiap remaja bisa mendapatkan kesempatan mencicipi ketrampilan di Balai Patihan ini. Mereka dijaring melalui serangkaian proses seleksi, mulai dari umur yang dibatasi antara 16 hingga 21 tahun, berbadan sehat, belum menikah dan punya motivasi tinggi untuk maju. Bagi remaja putra yang berbakat di bidang elektronik, dididik agar trampil menggarap bidang elektronik. Mulai dari memperbaiki tape recorder, televisi, dan barang-barang elektronika lainnya termasuk handphone. Bagi mereka yang senang mengotak atik mesin, diberi ketrampilan tentang permesinan kendaraan roda dua dan empat. Bagi yang tidak mengemudi juga diajari mengemudi hingga mendapat SIM.
Di Balai Pelatihan yang seluruhnya adalah remaja anggota Karang Taruna ini, juga mengajari mereka bagaimana menjadi tukang kayu. Kegiatan di balai ini memang lebih ditekankan pada kegiatan praktek 70 persen, teori 30 persen. Sementara bagi remaja putri, diajarkan ketrampilan rumah tangga. Mulai dari memasak membuat bermacam-macam makanan dan minuman, hingga bidang jahit menjahit. Ketrampilan menata penampilan diri juga diajarkan di balai ini. Tentu semua kegiatan disesuaikan dengan minat dan bakat masing - masing anggota. Sebagian besar diantaranya mereka yang telah lulus dari balai ini, terbukti sukses menjadi tenaga kerja di luar negeri atau membuka usaha sendiri. Di depan, Karang Taruna sebagai wadah pemuda Indonesia, yang merupakan lapisan terbesar segmen kependudukan di tanah air, melalui berbagai pendidikan dan ketrampilan diharapkan mereka menjadi aktif dan produktif dan pada akhirnya dapat hidup secara mandiri.
Bermain musik seperti yang dilakukan anak-anak muda adalah salah satu bentuk kegiatan di Karang Taruna. Sebuah organisasi sosial dibawah binaan Departemen Sosial. Karang yang berarti tempat dan Taruna bermakna Pemuda dibentuk untuk menampung kegiatan para remaja.
Selain kegiatan kesenian, dibeberapa daerah aktivitas sosial Karang Taruna nyaris tak terlihat. Nuansa gotong royong tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, seperti yang tengah berlangsung di Kelurahan Lagaligo, Kecamatan Buara, Kota Palopo.
Secara swadaya, mereka memperbaiki rumah penduduk korban kebakaran. Menengok ke belakang terbentuknya Karang Taruna ini berawal dari sekelompok pemuda asal Kampung Melayu, Jakarta yang berkumpul secara tak sengaja. Pertemuan yang bertujuan untuk membahas permasalahan di kalangan remaja itu terjadi tahun 1960 silam.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena kegiatan yang dilakukan Karang Taruna ini sejalan dengan jiwa anak muda, secara alami menarik perhatian kalangan muda. Dan hampir disetiap desa terdapat Karang Taruna.
Sebagai wujud pengakuan keberadaan organisasi ini, pemerintah mencatatkan Karang Taruna dalam GBHN tahun 84. Sejak itu, organisasi ini menjadi besar dan menyedot cukup banyak anggota.
Namun di masa pemerintahan Gus Dur, ketika Departemen Sosial dibubarkan, Karang Taruna selama beberapa pekan mengalami kevakuman kegiatan. Melalui kegiatan Bulan Bakti Karang Taruna yang dicanangkan belum lama ini di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, menandai bangkitnya kembali organisasi ini.
Berbagai ketrampilan diajarkan dalam Karang Taruna. Seperti kesibukan yang sehari-hari terlihat di salah satu Balai Latihan Kerja Karang Taruna di Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Sesuai tujuannya, Karang Taruna didirikan untuk memberikan pembinaan kepada remaja, terutama yang putus sekolah dan menganggur, berasal dari keluarga pra sejahtera. Tentu tak setiap remaja bisa mendapatkan kesempatan mencicipi ketrampilan di Balai Patihan ini. Mereka dijaring melalui serangkaian proses seleksi, mulai dari umur yang dibatasi antara 16 hingga 21 tahun, berbadan sehat, belum menikah dan punya motivasi tinggi untuk maju. Bagi remaja putra yang berbakat di bidang elektronik, dididik agar trampil menggarap bidang elektronik. Mulai dari memperbaiki tape recorder, televisi, dan barang-barang elektronika lainnya termasuk handphone. Bagi mereka yang senang mengotak atik mesin, diberi ketrampilan tentang permesinan kendaraan roda dua dan empat. Bagi yang tidak mengemudi juga diajari mengemudi hingga mendapat SIM.
Di Balai Pelatihan yang seluruhnya adalah remaja anggota Karang Taruna ini, juga mengajari mereka bagaimana menjadi tukang kayu. Kegiatan di balai ini memang lebih ditekankan pada kegiatan praktek 70 persen, teori 30 persen. Sementara bagi remaja putri, diajarkan ketrampilan rumah tangga. Mulai dari memasak membuat bermacam-macam makanan dan minuman, hingga bidang jahit menjahit. Ketrampilan menata penampilan diri juga diajarkan di balai ini. Tentu semua kegiatan disesuaikan dengan minat dan bakat masing - masing anggota. Sebagian besar diantaranya mereka yang telah lulus dari balai ini, terbukti sukses menjadi tenaga kerja di luar negeri atau membuka usaha sendiri. Di depan, Karang Taruna sebagai wadah pemuda Indonesia, yang merupakan lapisan terbesar segmen kependudukan di tanah air, melalui berbagai pendidikan dan ketrampilan diharapkan mereka menjadi aktif dan produktif dan pada akhirnya dapat hidup secara mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentarnya sob