kampung cisitu

  • Pemandangan Situ Zen

    Pemandangan pada masanya, dimana kampung cisitu memiliki tempat wisata seindah ini.

  • Jalan di Kampung Cisitu

    Kampung cisitu terus berbenah, termasuk akses menuju kampung cisitu di perbaharui.

  • Masjid An-nuur

    Foto masjid an-nuur cisitu yang megah.

  • Langit Cisitu

    Pemandangan alam cisitu disaat cuaca cerah.

  • Logo

    Logo terbaru untuk blog dan media sosial.

Terimakasih sudah singgah di blog kampung cisitu
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Dampak Pacaran pada Anak Usia Sekolah

Berkencan di kalangan anak usia sekolah telah menjadi kekhawatiran yang semakin besar bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan. Anak-anak pada kelompok usia ini, biasanya berusia antara 12 hingga 18 tahun, masih mengalami perkembangan fisik, emosional, dan sosial. Terlibat dalam hubungan romantis pada tahap ini dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan, prestasi akademis, dan perkembangan sosial mereka.

Efek Sosial dan Emosional :

1. Gejolak Emosi : Berkencan dapat menimbulkan gejolak emosi, termasuk perasaan cemas, cemburu, dan rasa tidak aman, yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan anak.

2. Tekanan Sosial dan Pengaruh Teman Sebaya : Berkencan dapat membuat anak-anak terpapar pada tekanan sosial dan pengaruh teman sebaya, yang dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan perilaku berisiko.

3. Menurunnya Harga Diri : Hubungan yang tidak sehat atau tidak berbalas dapat berdampak negatif pada harga diri, citra tubuh, dan kepercayaan diri anak.

Efek Akademik dan Kognitif :

1. Menurunnya Prestasi Akademik : Berkencan dapat mengalihkan perhatian anak-anak dari studinya, sehingga menyebabkan penurunan prestasi akademik, nilai yang lebih rendah, dan berkurangnya motivasi akademik.

2. Berkurangnya Fokus dan Konsentrasi : Hubungan romantis dapat mengurangi fokus dan konsentrasi anak, sehingga sulit menyelesaikan pekerjaan rumah, belajar untuk ujian, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

3. Meningkatnya Risiko Putus Sekolah : Berkencan dapat meningkatkan risiko putus sekolah, terutama jika anak-anak menjadi terlalu terlibat dalam hubungan mereka dan mengabaikan tanggung jawab akademis mereka.

Efek Fisik dan Kesehatan :

1. Peningkatan Risiko IMS dan Kehamilan Remaja : Berkencan dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan remaja, terutama jika anak-anak melakukan hubungan seks tanpa kondom atau tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan reproduksi.

2. Penyalahgunaan Zat dan Perilaku Berisiko : Berkencan dapat membuat anak-anak terpapar penyalahgunaan zat, perilaku berisiko, dan kebiasaan tidak sehat lainnya, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka.

3. Gangguan Tidur dan Kelelahan : Berkencan dapat mengganggu pola tidur anak, sehingga menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, dan masalah kesehatan terkait.

Pedoman untuk Orang Tua :

1. Komunikasi Terbuka : Pertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur ​​dengan anak tentang kencan, hubungan, dan kesehatan seksual.

2. Tetapkan Batasan dan Harapan : Tetapkan batasan dan ekspektasi yang jelas terhadap perilaku anak, termasuk aturan berkencan, penggunaan media sosial, dan hubungan.

3. Memantau dan Mengawasi : Pantau dan awasi secara teratur aktivitas anak-anak, termasuk hubungan mereka, untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Dengan memahami potensi dampak berkencan pada anak usia sekolah, orang tua, pengasuh, dan pembuat kebijakan dapat bekerja sama untuk mendorong hubungan yang sehat, keberhasilan akademis, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Semoga bermanfaat.

Share:

6 CARA MENDIDIK ANAK YANG JELEK

Anak adalah buah hati kita, maka dari itu banyak orang tua merasa sangat perlu mendidik anak - anaknya agar mereka menjadi yang terbaik dan berguna. Nah dalam hal mendidik anak inilah kadang - kadang orang tua salah menerapkan pola dalam hal mendidik anak, berikut 6 cara mendidik anak yang kurang baik.

1. Jika anak terjatuh karena menyenggol meja, kita memukul mejanya dan mengatakan pada si kecil bahwa meja itu jahat. Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia pendendam. Si anak juga akan terdidik untuk menjadi manusia yang tidak pernah merasa bersalah. "Pokoknya apapun yang terjadi, yang salah adalah orang lain, bukan saya!

2. Kalau anak terjatuh, kita akan langsung menggendongnya dan melindunginya, bersikap seolah-olah si anak baru saja mengalami musibah yang sangat besar. Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia manja, yang tidak kuat menahan cobaan hidup. Mereka akan gampang menyerah jika menghadapi masalah.

3. Menakut-nakuti si anak akan adanya hantu. Biasanya, cara seperti ini digunakan oleh orang tua jika anak mereka bandel atau tidak bisa diberitahu.

4. Terlalu banyak melarang. Anak adalah manusia yang sedang dalam proses belajar. Jadi wajar dong, kalau mereka sering melakukan kesalahan. Jika terlalu banyak melarang juga akan mendidik anak menjadi manusia yang tidak berani mencoba hal-hal baru.

5. Menganggap si anak sebagai orang bodoh. Kita justru harus memperlakukan mereka sebagai seorang manusia yang berpotensi. Kita tak pernah tahu persis, seberapa besar ilmu pengetahuan yang sudah tersimpan di kepala anak kita. Karena itu, jangan sekali-kali menganggap mereka bodoh, belum tahu apa-apa, karena hal itu dapat membuat anak menjadi minder. Dengan memperlakukan mereka secara wajar, ini akan mendidik anak menjadi seorang manusia yang percaya diri sehingga ia akan lebih mudah meraih sukses.

6. Memarahi anak jika mereka bertanya Mungkin kita punya anak yang terlalu banyak bertanya. Karena bosan dan jengkel, kita memarahinya, mengatakan mereka cerewet, bahkan menyuruhnya untuk tidak terlalu banyak bertanya. Padahal, anak yang cerewet atau sering bertanya, sebenarnya adalah anak yang sangat pintar. Mereka ingin tahu banyak hal. Karena itu, cobalah untuk bersabar menghadapi mereka. Jawablah pertanyaan mereka sebisa mungkin, dengan cara yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini, kreativitas dan kecerdasan anak akan tumbuh dengan sewajarnya.

Semoga bermanfaat.

Share:

Manfaat Dan Kekuatan Dongeng Pada Psikologi Anak?

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak­anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.

Kendati demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan  banyak manfaat, bukan hanya untuk anak­anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya.  Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya  sendiri dari cerita yang didengarkan.  Ia dapat membayangkan  seperti apa tokoh­tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama­kelamaan  anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan  rasa empati. Misalnya nilai­nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan,  kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari­hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan  minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan  ketertarikannya  pada buku. Diawali dengan buku­buku dongeng yang kerap didengarnya,  kemudian meluas pada buku­buku lain seperti buku pengetahuan,  sains, agama, dan sebagainya.

Mengajarkan nilai dari manfaat dan kekuatan dogeng pada psikologi anak

Membacakan dongeng pada anak tidak ada batasan usia terkait waktu yang tepat anak mulai mendapatkan  dongeng, namun orang tua harus mengetahui dan memahami psikologi anak sesuai dengan usia dalam memberikan dongeng sehingga nilai yang disampaikan dalam dongeng dapat diterima dan diserap dengan baik oleh anak tersebut. Saat anak pada usia pra sekolah, orang tua dapat memilih dongeng yang sifatnya membantu anak untuk mengembangkan perbendaharaan  kosa kata yang dimilikinya seperti dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak­anak yang sudah menginjak sekolah dasar dapat diberikan cerita dongeng yang mengandung nilai, teladan dan pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan anak sehari­ hari. Mengingat manfaat dan kekuatan dongeng pada psikologi anak, orang tua sebaiknya dapat menggunakan media efektif ini untuk mendidik anak.

Semoga bermanfaat.

Share:

Mendidik anak remaja

 

Remaja menjadi masa di mana anak mengalami peralihan usia. Di usia penuh tantanga ini, orangtua perlu pintar-pintar memberikan arahan agar anak tak salah langkah. Berikut berbagai tips atau cara bijak dalam menuntun serta mendidik anak remaja Anda di rumah yang bisa dilakukan orangtua.

Perkembangan setiap anak tentunya tidak bisa disamaratakan. Hal ini karena remaja mempunyai  erkembangan emosi serta kognitif yang berbeda. Dikutip dari Kids Health, masa perkembangan remaja menjadi hal yang cukup menantang bagi keluarga karena ada kemungkinan terjadinya pergolakan. Hubungan anak dengan orangtua pun bisa saja berubah karena ada perdebatan saat anak berada di fase ini. Namun, sudah menjadi hal yang wajib pula bagi orangtua memberikan pengertian mengenai nilai-nilai kehidupan untuk bekalnya kelak.
Walaupun akan ada fase anak sulit untuk dihadapi dan diajak berkomunikasi, Anda perlu mengerti karena memang ini adalah masa-masa anak bertumbuh.

Adapun beberapa cara mendidik remaja yang bisa dilakukan orangtua, seperti :


1. Jadilah pendengar yang baik : Di usia remaja biasanya anak mulai mengalami berbagai gejolak dalam dirinya, dari masalah pubertas hingga pergaulannya. Ada banyak hal yang mungkin ingin disampaikannya untuk sekadar bertanya atau mengutarakan berbagai kegelisahan dan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Untuk itu, orangtua wajib menjadi pendengar yang baik. Jangan sampai anak justru mencari pelampiasan lain yang negatif seperti melakukan kenakalan remaja hanya karena merasa tidak didengar dan tidak punya teman bicara. Selain itu, hindari menyalahkan anak terhadap apa yang dia ceritakan. Pasalnya, hal ini dapat membuat anak enggan bercerita kembali. Alih-alih menyalahkan lebih baik diskusikan penyelesaian terbaik jika anak mengalami masalah. Selain itu, ketika orangtua menjadi pendengar yang baik, anak juga akan melakukan sebaliknya ketika Anda yang berbicara atau memberi saran.
2. Hormati privasi anak : Orangtua sering kali menganggap urusan anak adalah urusannya juga. Hal ini memang berlaku saat anak masih kecil. Akan tetapi, ketika anak beranjak remaja, orangtua perlu memahami bahwa anak mulai memiliki privasi yang harus dijaga dan dihormati. Seiring dengan pertambahan usianya, orangtua terkadang lupa bahwa anak juga memiliki privasi. Kamar dan telepon genggam termasuk bagian dari privasi anak yang sebaiknya tidak dicampuri. Sebagai salah satu cara mendidik anak remaja, jangan lagi asal membuka ponsel anak tanpa seizinnya hanya karena penasaran dengan siapa ia chatting tiap harinya.
3. Sepakati aturan-aturan penting : Menyepakati aturan penting merupakan hal yang perlu dilakukan antara anak dan orangtua. Saat remaja, Anda tak lagi bisa mengaturnya dengan mudah. Bahkan anak terkadang lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar ketimbang di rumah. Untuk itu, Anda perlu membuat berbagai kesepakatan penting. Misalnya pulang tidak boleh lewat dari jam 9 malam atau tidak boleh merokok dan minum alkohol. Usahakan untuk membuat kesepakatan bersama sebagai cara mendidik anak remaja. Ketika anak menyepakatinya dan dilibatkan dalam diskusi, ia akan memiliki tanggung jawab dan tidak merasa terpaksa dalam menaatinya. Kuncinya adalah memberi pengertian kenapa aturan tersebut diterapkan. Jadi jangan cuma melarang dan memarahi, tapi perlakukan anak layaknya orang dewasa yang bisa diajak diskusi.
4. Jadi teladan yang baik : Merupakan hal yang wajar saat orangtua memiliki harapan untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, beri tahu dan beri contoh nyata mengenai harapan Anda padanya. Misalnya berharap anak berperilaku baik dan selalu menolong orang, belajar dengan giat, dan sederet harapan lainnya. Nah mudahnya, Anda sendiri sebagai orangtua juga harus bisa mencontohkan sikap-sikap tersebut sebagai bukti bahwa Anda tak hanya mengajarkan tetapi juga mempraktikkan. Meski ia mungkin merasa banyak dituntut pada awalnya, lama-lama anak akan mengerti bahwa ingin semua yang terbaik bagi anaknya. Dengan begitu, anak jadi bisa lebih memilah mana sikap yang sebaiknya dilakukan dan mana yang tidak.
5. Berikan motivasi untuk cita-citanya : Doronglah anak untuk terus berkembang dan mengeksplorasi diri serta kemampuannya. Ini merupakan salah satu cara mendidik anak remaja baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tak lupa, ajak anak untuk mencoba hal-hal lain di luar kebiasaannya agar pikirannya senantiasa terbuka. Biarkan ia mengambil risiko dan mengikuti dorongan hatinya. Misalnya anak perempuan Anda sangat suka mengotak-atik mesin dan ingin sekali belajar teknik di perguruan tinggi. Dukung cita-citanya ini agar ia tumbuh menjadi wanita yang percaya diri dan berbakat. Jangan terpaku pada stereotip bahwa jurusan teknik adalah jurusan laki-laki dan sebagainya.
6. Berikan informasi dalam bergaul : Remaja merupakan usia yang rentan karena di usia ini mereka akan melihat banyak hal di lingkungannya. Maka dari itu, Anda perlu memberanikan diri untuk membicarakan tentang pergaulan remaja saat ini. Anda perlu memberikan informasi yang tepat kepada mereka (termasuk tentang edukasi seks, rokok, narkoba, alkohol, dan lain-lainnya). Jika tidak, mereka akan mendapatkan informasi yang belum tentu benar dari orang lain. Sebagai cara mendidik anak remaja, hal ini dilakukan untuk membangun pondasi yang kuat dalam bergaul dan memberikan mereka informasi yang sesuai. Hal ini juga berhubungan dengan perkembangan emosi remaja sebagai identitas diri.
7. Sampaikan cara mengelola stres : Ada berbagai tantangan dan sumber stres yang harus dihadapi setiap orang termasuk remaja. Jika tidak dilatih sejak dini, anak akan kewalahan menghadapi stres di masa depan sehingga mentalnya tidak cukup kuat. Untuk menghindari terjadinya depresi pada remaja, hal yang perlu Anda lakukan adalah membekalinya dengan berbagai cara mengelola stres dengan sehat. Misalnya daripada memarahi anak ketika ia sedang banyak pikiran, dekati anak dan ajak bicara baik-baik soal masalah yang merundungnya. Dengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi atau mencari kesalahan anak. Hibur dirinya dengan kata-kata yang memotivasi dan memberi harapan. Kemudian ajak ia untuk mencari solusi atau menyalurkan emosinya dengan berolahraga, menekuni hobinya seperti bermusik, menulis, dan lain-lain. Sebagai cara mendidik anak remaja, tunjukkan bahwa stres adalah bagian yang normal dari kehidupan. Stres tak selalu jadi musuh yang harus ditakuti. Stres juga harus dilawan dan tak boleh dibiarkan terlalu lama karena bisa mengganggu keseharian.
Kemampuan dasar yang perlu diajarkan orangtua Menanamkan nilai-nilai tertentu memang perlu diberikan orangtua sebagai cara mendidik anak remaja. Namun, beberapa kemampuan dasar pun tidak kalah penting untuk melatih kemandirian anak di masa depan. Beberapa kemampuan dasar yang bisa diajarkan orangtua di antaranya adalah :
1. Menyiapkan makanan sendiri : Memasuki masa remaja, anak harus mulai mandiri dan melakukan berbagai hal sederhana untuk kebutuhannya sendiri. Salah satunya adalah menyiapkan makanan yang juga menjadi salah satu cara mendidik anak remaja. Berikan kesempatan pada anak untuk mulai mempelajari bagaimana dasar-dasar memasak. Misalnya seperti menanak nasi, menggoreng telur, menumis sayur, dan lain-lain. JIka suatu saat orangtua sedang berhalangan mengerjakannya entah karena sakit, atau bekerja, anak tidak akan panik dan bingung karena sudah pernah diajarkan sebelumnya,
2. Bertanggung jawab dengan barang pribadi : Cara mendidik anak remaja lainnya adalah ajarkan anak bertanggung jawab dengan barang pribadi mereka. Sebagai contoh, bertanggung jawab atas kebersihan sepatu, tas, kamar, dan barang lainnya. Ajakrkan ia untuk tidak selalu mengandalkan orang lain untuk membereskan atau mencuci barang-barang pribadinya. Ketika ia terbiasa bertanggung jawab atas barang pribadinya, anak tidak akan kaget jika ada masa ketika dia harus mengekost karena harus melakukan semuanya sendiri.
3. Mengatur uang sendiri : Masa remaja sering kali dikaitkan dengan emosi yang labil dan belum bisa menentukan prioritas, termasuk ketika mengelola uang. Cara mendidik anak yang satu ini Anda bisa dimulai dengan mengajak anak berbelanja. Jelaskan mengenai budget dan kebutuhan yang harus dibeli apa saja. Begitu juga terhadap uang mingguan atau bulanan yang Anda berikan kepadanya. Berikan pula pemahaman mengenai pentingnya menabung sejak dini. Ajarkan anak bahwa menabung adalah kewajiban. Dengan begitu, nanti ketika dewasa dan sudah bekerja, ia bisa menyisihkan sebagian gajinya untuk ditabung.
4. Membersihkan rumah : Kemampuan dasar seperti mencuci piring, menyapu, membersihkan debu, serta merapikan kamar sendiri juga menjadi cara mendidik anak remaja. Membuat rumah tetap rapi dan bersih ini juga kemampuan wajib yang harus dimiliki anak memasuki masa remaja. Hal ini nantinya akan menjadi manfaat di masa depan baik untuk laki-laki maupun perempuan terutama ketika sudah memiliki rumah sendiri.
5. Membawa kendaran dan menggunakan transportasi umum : Kedua hal ini sama pentingnya sehingga menjadi salah satu cara mendidik anak remaja yang perlu diperhatikan orangtua. Biasakan anak untuk berani naik transportasi umum dan paham akan transportasi umum di sekitarnya. Jelaskan bagaimana cara menjaga diri di transportasi umum, apa yang harus dilakukan jika tersesat di jalan serta kendaraan apa yang sebaiknya dipilih. Berikan pula kesempatan pada anak untuk belajar berkendara mobil atau motor. Supaya anak lebih terampil dalam berkendara, Anda harus memberi contoh bagaimana cara mengemudi kendaraan dengan baik. Anda perlu mempertimbangkan waktu yang tepat dalam menlepas anak untuk membawa kendaraan sendiri. Pertimbangakan menundanya jika anak tampak belum mahir, belum mendapatkan surat ijin mengemudi dan kondisi emosi yang tidak stabil.
Semoga bermnfaat.
Share:

Pasangan bahagia tidak suka pamer

 

Tak bisa dipungkiri kalau kita hidup di era modern dan digital di mana segala sesuatunya bisa dengan mudah terhubung via media sosial (medsos). Tiap individu bisa bebas membagi atau menyebar info tentang dirinya di akun medsos miliknya. Mulai dari soal kegiatan yang sedang dilakukan, curcol (curhat colongan), hingga hubungan asmara.

Tapi tahu nggak kalau pasangan yang bahagia itu justru yang nggak pernah pamer kemesraan di medsos? Mungkin memang situasi ini bisa berbeda pada tiap pasangan. Hanya saja ada sejumlah alasan kenapa pasangan yang berbahagia justru yang jarang atau nggak pernah pamer kemesraan di dunia maya.

Karena Bahagia Itu Dirasakan Bukan Dipamerkan Kebahagiaan itu dirasakan bukan untuk dipamerkan. Saat kita bahagia bersama pasangan, maka waktu pun lebih tercurah di "dunia nyata" bukan malah sibuk di dunia maya. Keseharian kita lebih banyak dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Sekalipun update di media sosial, mungkin hanya sebatas info-info umum dan bukan pamer kemesraan.

Perasaan  Bahagia Itu  Bersifat  Pribadi
Pasangan yang benar-benar bahagia dalam hubungannya tak punya minat sama sekali untuk menunjukkan atau membuktikan diri mereka bahagia pada orang lain. Perasaan bahagia itu bersifat intim dan pribadi. Sehingga tak perlu lagi buang-buang waktu atau energi untuk pamer pada orang lain soal kehidupan pribadi tersebut.

Paham Betul Kalau Tiap Orang Bisa Bahagia dengan Caranya Sendiri
Kebahagiaan sejati itu akan membuat kita lebih humble. Kita pun makin paham kalau tiap orang punya kebahagiaan dan bisa bahagia dengan caranya sendiri. Jadi sungguh tak ada gunanya kalau memamerkan kemesraan pada orang lain. Toh, apa yang bikin kita bahagia belum tentu bisa bikin orang lain bahagia. Tak Ada yang  Perlu Disombongkan dari Hidup Bahagia yang Kita Punya.

Kita paham betul kalau setiap orang punya problema atau ujian hidupnya sendiri. Saat kita bahagia, siapa tahu ada orang lain yang sedang sedih. Ketika kita sudah menemukan belahan jiwa sementara yang lain masih sedih terpuruk dalam usaha mencari belahan jiwanya, tak perlulah menyombongkan situasi kita. Tak ada gunanya untuk membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain atau merasa lebih unggul dari lain.

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa justru orang-orang yang nggak suka pamer di media sosial itu sebenarnya memiliki hidup yang lebih bahagia. Kenapa? Karena mereka tak terlalu menyibukkan diri membandingkan diri mereka dengan orang lain. Dan yang lebih penting karena mereka menyadari kalau hidup yang sesungguhnya adalah hidup di dunia nyata, bukanlah di dunia maya. Sebuah survey dari The Pew Research Center menunjukkan hasil yang bisa jadi bahan pertimbangan sebelum kamu pamer foto mesra di media sosial :

18 persen pasangan usia  18 - 29 tahun mengaku pernah bertengkar karena pasangan mereka terlalu sering mengakses media sosial.

71 persen pasangan menikah menggunakan media sosial.

20 persen pasangan menikah mengaku bahwa internet membawa dampak negatif.

8 persen pasangan menikah mengaku pernah bertengkar karena pasangan terlalu sering mengakses media sosial.

Kalau menurut kalian sendiri bagaimana ? Setuju nggak kalau kebahagiaan itu tak untuk dipamerkan? Atau mungkin punya pendapat dan sudut pandang sendiri soal hal ini?
Share:

5 Tips Mendidik Anak

Jumpa lagi bersama kampung cisitu blog, semoga sahabat semua ada dalam sehat walafiat..
Artikel yang akan saya tulis berkaitan dengan perkembangan anak. Dalam kehidupan berkeluarga, setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, dapat dibanggakan dan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang positif dalam segala hal. Kebanyakan orang tua akan melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anak mereka dengan memberikan segalanya yang mereka inginkan, namun ternyata hal ini tidak selalu baik dalam proses mendidik anak.
Share:

Memahami Karakter Anak

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Sukses dalam Mendidik Anak adalah impian dan harapan bagi semua orang tua, Dibawah ini adalah 7 cara Mendidik Anak agar mereka menjadi anak shaleh dan berbakti pada orang tua.
Share:

Pernikahan

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.
Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula.
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan.

Etimologi
Pernikahan adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikkah yang berarti perjanjian perkawinan, berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah yang berarti persetubuhan.

Pernikahan di Indonesia
Syarat pernikahan berdasar undang-undang
Berdasarkan Pasal 6 UU No. 1/1974 tentang perkawinan, syarat melangsungkan perkawinan adalah hal-hal yang harus dipenuhi jika akan melangsungkan sebuah perkawinan. Syarat-syarat tersebut yaitu :
- Ada persetujuan dari kedua belah pihak.
- Untuk yang belum berumur 21 tahun, harus mendapat izin dari kedua orang tua. Atau jika salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal atau tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dapat diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
- Bila orang tua telah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas.
- Bagi yang beragama Islam, dalam perkawinan harus ada (Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI) :
--> Calon istri
--> Calon suami
--> Wali nikah
--> Dua orang saksi
--> Ijab dan kabul
Menggugat UU Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi
Pada pertengahan tahun 2014, seorang mahasiswa dan 4 alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia menggugat Undang-undang Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi khususnya Pasal 2 ayat 1 UU No. 1/1974 yang berbunyi: "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu" yang menghalangi/mempersulit terjadinya pernikahan beda agama.[3] Pada tanggal 18 Juni 2015, Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan tersebut dengan pertimbangan negara berperan memberikan pedoman untuk menjamin kepastian hukum kehidupan bersama dalam tali ikatan perkawinan, agama menetapkan tentang keabsahan perkawinan, sedangkan UU menetapkan keabsahan administratif yang dilakukan oleh negara.

Bagaimana konsekwensi pernikahan, klik dibawah


Artikel Berikut
Share:

Office affair

Office affair atau perselingkuhan di tempat kerja patut diwaspadai. Karena kantor atau tempat kerja sering menjadi asal mula terjadinya hubungan selingkuh. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal itu terjadi. Tetapi, dampak buruknya tidak main-main, bisa merusak hubungan keluarga, merusak karier, merusak kepercayaan dan nama baik.

Selingkuh di Kantor
Pernyataan bahwa kantor atau tempat kerja menjadi "tempat subur" terjadinya perselingkuhan bukannya tanpa alasan. Di tempat ini memang sangat memungkinkan terjadinya hubungan percintaan antar karyawan dan akan menyebabkan masalah bila hubungan percintaan menjerat seseorang yang telah menikah. Beberapa alasan dapat tumbuh benih-benih cinta di tempat kerja adalah :
  1. Seringnya pertemuan
  2. Tempat pelarian dari masalah keluarga
  3. dan lain-lain
Mau tau lanjutannya? klik gambar dibawah


Artikel Berikut
Share:

Popular Posts

Label

Blog Archive

Recent Posts

Recent Posts Widget

Data Lengkap

Data Lengkap
Kampung Cisitu The Best