-
Pemandangan Situ Zen
Pemandangan pada masanya, dimana kampung cisitu memiliki tempat wisata seindah ini.
-
Jalan di Kampung Cisitu
Kampung cisitu terus berbenah, termasuk akses menuju kampung cisitu di perbaharui.
-
Masjid An-nuur
Foto masjid an-nuur cisitu yang megah.
-
Langit Cisitu
Pemandangan alam cisitu disaat cuaca cerah.
-
Logo
Logo terbaru untuk blog dan media sosial.
PPKM di level 4
Hujan turun di situ zen
Hujan turun di situ zen
5 Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak
Angka harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini mencapai 71,7 tahun. Ini merupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan di Indonesia sejak tahun 1990. Meski begitu, masih ada tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Tantangan ini berkaitan dengan meningkatnya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan lainnya.
Apa Saja Penyakit yang Perlu Diwaspadai ?
Semua jenis penyakit, baik penyakit menular dan tidak menular perlu diwaspadai. Sebab data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa terdapat lima penyakit penyebab kematian tertinggi (menular dan tidak menular). Apa saja ?
1. Penyakit Kardiovaskular : Kematian terbanyak di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Ini adalah golongan berbagai penyakit yang terkait dengan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, stroke, dan hipertensi. Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) menunjukkan bahwa 42,3 persen kematian tahun 2013 disebabkan oleh PJK dan 38,3 persen disebabkan oleh stroke. Penyakit kardiovaskuler ini diperkirakan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki, tepatnya pada kelompok umur 44 - 45 tahun, 55 - 64 tahun dan 65 - 74 tahun. Maka dari itu kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit penyebab kematian.
2. Diabetes : Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kelainan metabolik akibat kurangnya produksi insulin dalam tubuh. Penyakit ini dikenal sebagai "silent killer" karena tanda dan gejalanya baru disadari setelah terjadinya komplikasi. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah pengidap diabetes di Indonesia pada kelompok usia 15 tahun ke atas mencapai 12 juta jiwa. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah populasi pengidap diabetes di tahun 2007.
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) : Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sebanyak 3,7 persen. PPOK adalah penyakit peradangan paru yang menyebabkan pengidapnya sulit bernapas. Penyakit ini terjadi karena terhalangnya aliran udara dari paru-paru akibat pembengkakan dan adanya lendir atau dahak pada saluran napas. Pencegahan PPOK ini bisa dilakukan dengan berhenti merokok, serta menghindari asap rokok, polusi udara, asap bahan kimia dan debu.
4. Tuberkulosis (TBC) : Tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru tuberkulosis terbanyak. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang bisa menular melalui udara, yaitu dari percikan air liur (droplet) saat batuk atau bersin.
5. Kecelakaan : Kecelakaan atau cedera termasuk penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kasus cedera terbanyak disebabkan oleh kejadian terjatuh (49,9 persen) dan kecelakaan motor (40,6 persen). Kejadian cedera akibat jatuh lebih sering dialami anak berusia kurang dari 1 tahun, perempuan tidak bekerja, dan penduduk desa. Cedera akibat kecelakaan motor paling banyak terjadi pada kelompok umur 15 - 24 tahun dan laki-laki tamatan SMA dengan status pegawai.
Dibanding penyakit menular, penyakit tidak menular lebih sulit dideteksi karena penyebabnya berkaitan dengan gaya hidup. Oleh karena itu, pencegahan penyakit tidak menular lebih difokuskan pada penerapan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidur cukup, rutin berolahraga, memperbanyak minum air putih, dan mengelola stres.
Sumber dari halodoc
11 Varian Virus COVID-19 di Berbagai Negara
Topik COVID-19 nampaknya tidak akan habis untuk dibicarakan terutama karena virus ini semakin hari semakin cepat bermutasi. Dari sekian banyak mutasi tersebut terdapat 2 varian yang cukup menggemparkan yakni Delta dan Omicron. Kedua varian ini terbilang mengkhawatirkan akibat tingkat penularan dan keparahan yang ditimbulkan jika terpapar varian tersebut.
Selain Delta dan Omicron, sebenarnya masih banyak varian lain yang muncul di berbagai negara. Beberapa negara melakukan lock down agar virus-virus tersebut tidak berpindah ke satu negara dan lainnya dan agar penekanan penyebaran COVID-19 dapat dilakukan.
Memiliki Banyak Mutasi
Varian baru Omicron dikatakan sebagai varian yang memiliki paling banyak strain dan mutasi melebihi dari semua jumlah varian yang mendominasi di Indonesia pada saat ini. Ilmuwan mengatakan bahwa varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang luar biasa tinggi dengan lebih dari 30 protein lonjakan kunci. Itulah mengapa Omicron dinilai lebih cepat menular dan menyebabkan melemahnya sistem kekebalan pada tubuh.
WHO menyatakan bahwa ada berbagai nama baru untuk varian virus corona yang telah terdeteksi di sejumlah negara. Penamaan semacam ini dilakukan setelah melalui berbagai pertimbangan. Berikut beberapa varian virus corona yang ada di beberapa negara di dunia :
1. Varian Alpha : Varian virus corona Alpha yang merupakan varian virus corona yang pertama kali muncul di Inggris pada Desember 2020.
2. Varian Beta : Virus corona varian Beta pertama kali ditemukan di Teluk Nelson Mendela. Varian ini dua kali lebih infeksius dibandingkan virus COVID-19 yang muncul pertama kali.
3. Varian Gamma : Varian Gamma adalah varian yang ditemukan di Brasil. Varian ini awalnya mengakibatkan ledakan wabah di Brasil hingga memicu kenaikan jumlah pasien dan angka kematian yang drastis. Para peneliti di Harvard University, Amerika Serikat mendapatkan fakta tingkat kematian akibat varian Gamma lebih tinggi dibandingkan dengan varian awalnya.
4. Varian Delta : Varian Delta pertama kali ditemukan di India yang diduga menyebabkan peningkatan kasus pada gelombang kedua pandemi di India sejak Februari 2021. Varian ini telah ditemukan di lebih dari 74 negara. Pada 3 Mei 2021, varian ini juga telah masuk ke Indonesia.
Penularan dan penyebaran varian Delta mencapai 40% lebih cepat dibandingkan varian Alpha. Selain itu, varian ini dapat menimbulkan komplikasi yang lebih parah pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi.
5. Varian Epsilon : Varian Epsilon merupakan varian COVID-19 yang muncul dari negara bagian California di Amerika Serikat pada Juli 2020. Munculnya varian ini diikuti dengan bertambahnya kasus positif COVID-19 di Amerika Serikat. Di seluruh dunia, sebanyak 46 negara melaporkan kasus positif akibat terjangkitnya varian ini. Namun, tingkat penularannya tidak begitu tinggi seperti di Amerika Serikat. Indonesia tidak melaporkan munculnya varian ini di dalam negeri.
6. Varian Zeta : Varian virus corona ini lebih dahulu terdeteksi di Rio de Janeiro, Brasil. Sebelumnya, varian ini sudah menyebar dan terdeteksi lebih dulu di Inggris. Varian virus corona Zeta dianggap tidak menyebabkan kekhawatiran dari segi penyebarannya.
7. Varian Eta : Varian Eta adalah varian yang baru didapatkan dan diidentifikasi di Inggris. Menurut para ilmuwan, varian ini memiliki beberapa mutasi pada gen. Meski demikian, sejauh ini tak ada yang bisa membuktikan bahwa virus corona varian Eta ini lebih menular hingga menyebabkan keparahan pada penderitanya.
8. Varian Theta : Virus varian ini dideteksi ada di Filipina. Varian ini belum cukup memiliki bukti bahwa akan berdampak pada kesehatan masyarakat seperti kebanyakan varian lainnya. Namun, varian ini memiliki kemungkinan besar lebih cepat dalam tingkat penularannya.
9. Varian Lota : Varian yang ditemukan di New York, Amerika Serikat pada bulan November belum diketahui apakah dapat menular atau tidak. Varian virus ini dikabarkan belum tersebar luas baik di New York maupun negara-negara lainnya.
10. Varian Kappa : Varian virus Kappa merupakan varian baru yang memiliki mutasi ganda dari negara India. Dilaporkan bahwa ada sebanyak lebih dari 2,7 juta kasus infeksi yang telah terjadi. Varian ini juga diduga dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas pada vaksin.
11. Varian Lambda : Varian virus ini pertama kali ditemukan di Peru. Selain Peru, sejauh ini varian Lambda telah terdeteksi pula di Chile, Argentina, dan Ekuador. Varian baru ini sangat menular dibandingkan dengan virus aslinya.
Pencegahan Penularan Virus Corona
Mutasi virus corona terus berlangsung dan pencegahan penularan masih dengan cara yang sama yakni menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan benar dan teratur menggunakan sabun dan air mengalir atau hand rub berbasis alkohol, serta menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain. Hindari juga menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang kotor, menerapkan etika batuk dan bersin yang benar, menjauhi kerumunan untuk mencegah penyebaran yang lebih luas, dan lakukan vaksinasi untuk melindungi tubuh dari virus corona.
Mematuhi protokol kesehatan tidak hanya berguna untuk melindungi diri tapi juga melindungi orang lain bahkan keluarga kita. Apabila Anda atau keluarga terdekat terindikasi mengalami gejala COVID-19, pastikan segera dengan memeriksakan diri dengan melakukan tes COVID-19. Anda dapat melakukan tes dengan memesan melalui aplikasi MySiloam atau klik di sini. Untuk kenyamanan Anda, Siloam Hospitals juga menyediakan layanan home care tes COVID-19 yang dapat melayani di rumah. Hubungi Siloam at Home di nomor kontak 0811 1950 181 untuk informasi lebih lanjut.
Sumber dari siloam hospitals
Warga Indonesia dilarang ke negara ini
5 Jenis Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia